kita harus patuh dan menghormati siapa?

Jumat, 06 Maret 2020

manusia

Di dunia ini, tentu kita tidak pernah bisa lepas dari pernak-pernik kehidupan. Entah itu yang menyenangkan, ataupun menyesakkan kita. Itulah dinamika dan warna kehidupan yang pasti dijelang setiap insan, siapa pun dia. Tanpanya, hidup dan kehidupan bagai terasa lesu dan hampa.

Keberadaan seseorang diuji dari seberapa besar manfaatnya bagi sesama dan lingkungannya. Islam melarang kita menjadi orang yang wujuduhu ka ‘adamihi (keberadaannya sama dengan ketiadaannya). Lebih dilarang lagi jika menjadi orang yang ‘adamuhu khoirun min wujudihi (ketiadaannya lebih baik ketimbang keberadaannya). Islam mengajarkan kita agar menjadi orang yang anfa’uhum linnas (paling bermanfaat bagi orang lain). Inilah tipologi orang yang keberadaannya menguntungkan dan dinantikan siapa saja. Saya menyebutnya "orang penting".

Setiap kita pasti ingin menjadi orang seperti itu. Minimal, keberadaan kita dinilai penting oleh lingkungan tempat kita tinggal. Teman yang dianggap penting akan menjadi tempat curhat bagi temannya. Orangtua yang dianggap penting akan menjadi teladan bagi anak-anaknya. Pegawai yang dianggap penting akan dipertahankan perusahaannya. Pemimpin yang dianggap penting akan didengar rakyatnya. Tokoh yang dianggap penting akan dikenang umatnya...

Karena itu, tidak usah heran jika ada orang yang ucapan dan tindakannya begitu mendapat perhatian dan sambutan dari banyak kalangan. Dia adalah "orang penting". Berbeda dengan orang yang "tidak penting", kehidupannya pun tidak terlalu dipedulikan orang.
Seseorang dlm kutipannya pernah membuat permisalan terkait ini. Menurutnya, ada lima tipologi manusia. Pertama, manusia haram, yaitu manusia yang keberadaannya sangat merugikan. Kedua, manusia makruh, yaitu manusia yang ketiadaannya lebih menguntungkan ketimbang keberadaannya. Ketiga, manusia mubah, yaitu manusia yang keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Keempat, manusia sunnah, yaitu manusia yang keberadaannya lebih menguntungkan ketimbang ketiadaannya. Kelima, manusia wajib, yaitu manusia yang keberadaannya dinilai vital sehingga harus diupayakan.

Bagaimana menjadi orang tipologi terakhir itu? Perjalanan hidup ini berangkat dari titik nol. Butuh proses keras dari bawah agar bisa menjadi from nothing to be something. Tentu sesuai kapasitas dan peran masing-masing. Dan, menjadi "orang penting" sangat terkait erat dengan kemampuan kita dalam memilih.

Dengan kata lain, kehidupan ini terlalu berharga untuk sebuah pilihan yang tidak berguna. Saya merasa kasihan kepada orang yang sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk berbagai hal yang tidak berguna. Lebih kasihan lagi jika kebanyakan yang dia lakukan itu justru keluar dari norma agama dan masyarakat. Orang semacam ini disebut "sampah masyarakat".

Mari kita senantiasa memacu diri untuk meraih prestasi. Keinginan saja tidak cukup, tanpa ditopang kemauan dan do'a. Ingin pandai, kita harus belajar. Ingin kaya, kita harus bekerja. Ingin sukses, kita harus berkarya. Ingin terhormat, kita harus memuliakan diri. Ingin meraih ridho Allah, kita harus taat beribadah.

Benang merahnya yakni kita harus mampu memilah antara yang penting dan tidak penting. Demikian pula dalam menjalani kehidupan ini, kita harus selalu fokus. Jangan sampai terjebak oleh persoalan-persoalan pinggiran alias tidak penting, yang kerapkali melalaikan kita dari tujuan utama dan mulia.

Oleh karena itu, sabda Rasulullah dan firman Allah di atas patut dijadikan panduan. Orang Islam yang baik harus berpaling dari segala sesuatu, tindakan atau ucapan, yang sia-sia. Para bijak bestari mengatakan, “orang penting hanya mengerjakan yang penting”.


Jadilah org yg memberi manfaat untuk orang lain 

Rabu, 26 Februari 2020

kenyataan hidup beberapa orang

Dalam hidup ini, tidak semua orang akan menyukai keberadaan kita. Kadang ada orang-orang yang akan membenci kamu, meskipun kamu tidak pernah mengenal mereka. Alasannya sederhana, kehadiran kamu mungkin menganggu atau menjadi ‘ancaman’ bagi mereka, bisa karena pekerjaan, jabatan, gengsi pada lingkungan, dan sebagainya.

Saat di fitnah, mungkin diantara kamu berprinsip tidak akan peduli dengan perkataan orang lain. Namun terkadang yang menjadi beban adalah orang-orang terdekat yang mendengar fitnah tersebut. Seperti keluarga, teman, dll. Bagi kamu mungkin masa bodo, tapi bagaimana perasaan orang-orang terdekatmu?

Ya, seperti itulah kehidupan. Ada pepatah mengatakan “semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin berhembus”. Tak peduli apa kata orang, yang penting kamu tidak seperti anggapan mereka. Satu hal yang pasti, saat ada orang yang ingin menjatuhkan dirimu, itu tandanya kamu saat ini ada diatas mereka.

Barangsiapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya.

Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik.
Bercerminlah untuk melihat siapa dirimu sebelum menghujat orang lain. Orang yang terpuji adalah mereka yang malu bila menerima pujian dan diam bila tertimpa fitnah ataupun ujian. Setiap benturan, ejekan, perselisihan, ancaman, fitnah, itu menyimpan potensi pendewasaan.

Memfitnah adalah hal yang tidak masuk akal. Tapi yang lebih tidak masuk akal adalah mempercayai fitnah.

Sesekali pinjamlah hati mereka yang kamu lukai dan kamu fitnah, supaya kamu tahu artinya sabar dan bagaimana ikhlas.

Kebanyakan orang memang lebih senang membicarakan kekurangan orang lain, tanpa memikirkan kekurangan pada dirinya sendiri.

Bertabayunlah atas apa yang pernah didengar, dilihat, dibicarakan, jangan langsung percaya, pastikan terlebih dahulu kebenarannya. jangan sampai menjadi fitnah.

Ketika seseorang menghina dirimu, itu adalah sebuah pujian bahwa selama ini mereka menghabiskan waktu memikirkan kamu, bahkan ketika kamu sama sekali tidak pernah memikirkan mereka.

Tersenyumlah jika kamu dihina karena itu tanda sebentar lagi kamu akan ditinggikan. Allah Maha Adil. Allah Maha Mengetahui.

Tidak perlu membela diri mati-matian, jelaskan seadanya dan biarkan waktu yang membuktikan. Sabar itu indah dan kuat. Dan fitnah adalah kesempatan untuk melatih kesabaran.

Dalam dunia yang penuh pura-pura, seseorang sibuk memisahkan dusta dari kata. Fitnah itu dimulai oleh si pembenci, dipanjangkan oleh si dhaif, dan diterima bulat-bulat oleh si bodoh. Fitnah berawal dari menduga-duga, jangan berfikir negatif dan menuduh jika belum pasti kebenarannya.

Jadilah insan yang tebar kebaikan demi kebaikan. Bukan tebar permusuhan, cacian, fitnah, amarah, dan kebencian.

Dunia adalah fitnah dan ujian, kapan pun ia akan datang atau pergi. Tetap teguhkan iman, kuatkan sabar, perbanyak syukur.

Jangan berprasangka, karena belum tentu yang kamu lihat sesuai dengan dugaanmu. Tuduhan yang salah berarti fitnah.

Kekuatanmu bukan saat dipuji, namun benturan, cacian, dan hinaan datang bertubi-tubi. Fitnah yang mematangkan hati lebih baik daripada pujian yang membuat bangga diri.

Fitnah akan merusak tiga jenis manusia, yaitu yang mengucapkan, yang mendengarkan, dan yang difitnah.

Karena yakinlah dibalik fitnah itu ada rahasia Allah yang akan mempermudah segala urusan. Fitnah adalah drama kebencian dari jiwa-jiwa kelam yang iri.

Setulus apa pun kebaikanmu kepada orang lain, akan selalu ada orang yang lebih mempercayai fitnah dan melupakan kebaikanmu.

Tidak semua tuduhan harus dibantah. Jawaban terbaik bagi fitnah adalah do'a yang tulus bagi kebaikan sang pemfitnah.

Sebagian fitnah adalah peringatan karena keburukan kita, dan yang sebagian lagi adalah tanda kebaikan hidup kita.

Hidup adalah pelajaran. Seorang yang hebat bukanlah seorang yang luar biasa, akan tetapi seorang yang terus belajar. Kalau disakiti tetap belajar, kalau di fitnah tetap belajar. Perlajaran kehidupan membuat kita lebih maju dan kuat.

Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu.

"Aku tak sebaik apa yang kau ucap, tapi aku juga tak seburuk apa yang terlintas di hatimu." ( Ali bin Abi Thalib).

#coretan27022020
#benangmerahkehidupan
#kutipanfb.
#N2M

Sabtu, 22 Februari 2020

sahabat surga

_"Aku tak pernah pergi, selalu ada di hatimu._
_Kau tak pernah jauh, selalu ada di dalam hatiku."_

Kutipan di atas sangat dalam dan bermakna bagi kami. Untuk dapat mewujudkan hal itu bukanlah hal yang mudah, banyak lika liku kehidupan yang bagi kami begitu terkesan. Kini raga boleh saja berjauhan, namun kenyataannya hati kita penuh kerinduan, penuh  kecintaan untuk saling memiliki, melengkapi dan tetap menjaga silaturahim selamanya. Kita yang begitu erat untuk bisa bersatu  sampai detik ini dan kita pun sama-sama menyadari, begitu banyak perbedaan diantara kita, dari mulai berpendaat sampai berselisih. Tapi semua itu kita lalui, kita sama² mendapatkan pelajaran dari kata *KITA* itu sendiri.  Kita yang awalnya kenal hanya sebagai adik kelas, sebagai kakak kelas, sebagai teman, sebagai rekan kerja, sebagai teman makan, sebagai teman tidur, sebagai teman mengantri mandi bahkan ada diantara KITA hanya sebagai teman sekedar berpapasan, ngobrol hanya untuk menghangatkan suasana. Tapi semua itu disatukan dengan berbagai kebijakan dan sikap saling mengerti diantara kita, pembelajaran dari maha guru kami yang senantiasa sampai detik ini beliau selalu ada dibelakang kami, untuk menjadikan kami wanita² yang lebih baik, berguna, dan selalu bermanfaat untuk orang lain.. Terimakasih *Maha Guru* kami yang telah menyatukan si keras kepala, si pemarah, si lemah lebut, si cuek, si usil, dan lain sebagainya hingga menjadi KITA yang dengan banyak kenangan dan pelajaran hidup yang sangat luar biasa berharga. sulit di ungkapkan hanya dengan kata ataupun bait² puisi, takkan mampu melukiskan semua keindahan yang kami rasakan selama ini. 
 Semoga KITA dapat mnjdi orang² yang lebih baik dan menyebarkan kebaikan kepada KITA KITA yang lainnya.  
Walaupun kini kita tidak di atap yang sama, tidak dengan raga yang berdekatan, tetapi semoga kita senantiasa dekat dalam do'a agar terwujudnya *" Sahabat Syurga"* yang kita harapkan. Aamiin. 🤗🤗🤗💓💓💓😇😇